Random Post

Saturday, June 5, 2010

Puisi - UNTUK IBU

Yayat Hendayana

dengan apa bisa kunilai cintamu, ibu
yang mengendap sampai ke dasar-dasar segara
karena aku sendiri adalah angin kemarau
yang tak pernah berhasil memberikan setitik cinta

kalau kauperhitungkan kasihmu, ibu
yang tertimbun sampai ke puncak-puncak menara
bagaimana aku sanggup membayarnya
karena aku sendiri belum lagi punya harga

selalu kudengar dari bisik-bisik hatimu
tiap kali kaugendong aku dan kautiup ubun-ubunku
cinta serta kasih sayang kaucurahkan
pada tiap-tiap kedip mata dan tetesan air susu
adalah restu meski akan dibalas empedu

tapi aku juga punya hati, ibu
yang kutahu takkan selebar hatimu
kuharapkan padanya kesabaran dekat padamu
sampai datang seorang pembawa rahmat
yang melepas kita dari duka dan melarat

Desember 1963

Loading...

0 comments:

Post a Comment