Yayat Hendayana
dengan apa bisa kunilai cintamu, ibu
yang mengendap sampai ke dasar-dasar segara
karena aku sendiri adalah angin kemarau
yang tak pernah berhasil memberikan setitik cinta
kalau kauperhitungkan kasihmu, ibu
yang tertimbun sampai ke puncak-puncak menara
bagaimana aku sanggup membayarnya
karena aku sendiri belum lagi punya harga
selalu kudengar dari bisik-bisik hatimu
tiap kali kaugendong aku dan kautiup ubun-ubunku
cinta serta kasih sayang kaucurahkan
pada tiap-tiap kedip mata dan tetesan air susu
adalah restu meski akan dibalas empedu
tapi aku juga punya hati, ibu
yang kutahu takkan selebar hatimu
kuharapkan padanya kesabaran dekat padamu
sampai datang seorang pembawa rahmat
yang melepas kita dari duka dan melarat
Desember 1963
0 comments:
Post a Comment