Random Post

Tuesday, July 20, 2010

Puisi Gibran | Kehidupan Cinta

Kehidupan Cinta

MUSIM SEMI

Marilah, sayang, mari berjalan menjelajahi perbukitan,
Salju telah cair dan Kehidupan t'lah jaga dari kantuknya
Kini mengembara menyusur pegunungan dan jurang-jurang.
Mari menapaki jejak Musim Semi, yang menjelang,
Ladang-ladang jauh, dan mendaki puncak-puncak perbukitan
'Tuk menadah ilham dari tempat ketinggian,
Di atas hamparan ngarai nan sejuk kehijauan.

Fajar Musim Semi telah mernbeberkan gaunnya
Dari lipatan penyimpanan ke dalam peti musim Dingin.
Pada pohon persik dan batang sitrus disangkutkan selendangnya,
Yang tampil bertebaran bagai pengantin-pengantin putih
Dalam perhelatan Adat Malam Kedre.

Sulur-sulur daun anggur saling berpelukan bagai kekasih
Air parit pun lincah berlompatan menari ria,
Di sela-sela bebatuan, menyanyikan lagu riang.

Dan. bunga-bunga meletup bermekaran dari jantung alam,
Laksana buih-buih bersembulan, dari kalbu lautan

Kemarilah, sayang: mari mereguk sisa air mata Musim Dingin,
dari piala kelopak bunga lili,
Dan menenteramkan jiwa, dengan gerimis nada-nada
Curahan simfoni burung-burung yang bernyanyi
Dalam gita sukacita. dibius angin mamiri.

Mari duduk di batu besar itu, tempat bunga fiola ungu
Berteduh dalam persembunyian, dan meniru
Kemanisan mereka dalam pertukaran kasih rindu.


(Khalil Gibran Sang Penyair)

Loading...

0 comments:

Post a Comment