Goa Jepang dan Goa Belanda ini berada di kota Bandung, yaitu di Bukit Dago Pakar, berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H.
Djuanda. Cukup mudah aksesnya, baik kendaraan umum, kendaraan pribadi
bahkan bus. Memasuki kawasan taman hutan raya ini, kita akan menjumpai
deretan hutan pinus yang membuat kawasan ini terasa sejuk dan asri.
Harga tiket masuk tergolong murah, yaitu Rp 8.000 / orang.
Setelah berjalan melewati jalan setapak sekitar 500 meter, kita akan
melihat Gua Jepang. Goa ini dibuat di tahun 1942 untuk keperluan tempat
berlindung tentara Jepang dari serbuan tentara sekutu, sekaligus sebagai
tempat penyimpanan senjata dan logistik. Goa ini terhubung dengan
beberapa goa kecil yang berfungsi sebagai ventilasi. Dan berdasarkan
cerita, goa ini dibangun oleh bangsa Indonesia melalui romusha, yaitu
kerja paksa. Di dalam goa ini terdapat empat buah kamar yang dulunya
dipakai istirahat panglima tentara Jepang. Lantai dan dindingnya masih
kasar, agak lembab dan tidak ada penerangan, jadi siapkan senter Anda,
atau siapkan uang Rp 3.000 untuk menyewa senter disana.
Gua Belanda terletak lebih di dalam, sekitar 400 meter dari Gua
Jepang. Dalam perjalanannya kita dapat melihat pemandangan yang indah
dengan udara yang sejuk.
Gua Belanda terlihat lebih rapi, dengan pintu besi di kedua ujung
goa. Lantai dan dindingnya sudah rapi, bahkan terlihat beberapa jalur
rel, dan juga bekas jalur penerangan. Goa ini didirikan pada tahun 1941.
Di dalam gua ini terdapat beberapa lorong dan ruangan-ruangan. Tempat
ini dulu dibangun Belanda awalnya untuk terowongan PLTA bengkok, namun
melihat lokasinya yang tinggi dan terlindung, maka saat Perang Dunia II
diubah menjadi stasiun radio telekomunikasi.
Jika kaki & tenaga masih kuat, maka bisa melanjutkan ke Curug Omas. Di sana kita dapat melihat air terjun yang indah.
Di arah pintu keluar, kita dapat mampir sejenak untuk melihat ke
Pusat Informasi dan juga Museum mini yang berada di sebelahnya, yang
memajang beberapa benda memorabilia dari Ir H Djuanda.
Di dekatnya juga terdapat monumen Ir H Djuanda, taman, saung-saung, beberapa kandang burung, dan juga danau.
Bagi teman2 yang lelah dan haus, dapat mampir ke beberapa warung /
kedai yang menjual minuman dan makanan. Teman JJH juga bisa menggunakan
jasa ojek motor yang mangkal disana, jika kelelahan, atau jika bermaksud
melihat ke air terjun Curug Omas.
Tempat ini memang indah, bahkan saat JJH kesana, kami bertemu dengan
serombongan fotografer dengan beberapa model yang bermaksud untuk
mengambil gambar di tempat ini.
Tapi sejujurnya, kami merasa kurang nyaman dengan adanya penyewa
senter yang menawarkan setengah memaksa, belum lagi kumpulan ojek yang
berkumpul di sekitar kawasan. Membuat perjalanan sedikit terganggu, ada
baiknya kalau diorganisir dengan baik, sehingga lebih nyaman untuk
pengunjung. Dan juga terlihat pemerintah belum terlalu serius menggarap
tempat wisata ini. Harusnya ini dapat lebih dikemas dengan menarik, saya
coba membandingkannya dengan Chu Chi Tunnel di Vietnam, jika dapat dikemas seperti ini pasti akan lebih menarik wisatawan.
Salam JJH
sumberTaman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Dago Pakar (Jl Ir H Djuanda)
Harga tiket : Rp 8.000http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id
3 comments:
kita juga punya nih artikel mengenai 'pakar', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2576/1/232.pdf
terima kasih
Mantapp jalan2 hehehe
Wah di curug omas keliataannya seru tuh hehehe
Post a Comment