ilustrasi |
Cerpen - Irama Br Sinaga*
“Aku dilahirkan sebagai wanita yang
biasa. Tiada apa yang istimewa untuk dibanggakan. Namun aku punya naluri
untuk menjadi wanita hebat. Wanita yang boleh menjadi penghuni syurga
nanti. Insyaallah. Walau akalku setipis belahan rambut. Akan ku
tebalkan ia dengan ilmu. Impianku untuk melengkapkan diri dengan ilmu
dan taqwa”. Itulah kata-kata yang diungkapkan oleh bidadari yang
berparas sederhana namun anggun dan menyejukkan bila melihat
senyumannya.
Berawal dari lima tahun yang lalu, saat
dia masih duduk di kelas 2 SMA. Saat itu seperti biasanya, setiap hari
jum’at selesai sekolah dia selalu ikut pengajian di Masjid belakang
sekolah. Disana dia sering mendengarkan pengajian tentang kebaikan,
Aqidah dan tentang sejarah-sejarah Nabi. Namun kali ini topik yang
diangkat tentang kewajiban menutup aurat bagi perempuan. Gadis yang
disapa Rama ini lahir di pelosok Desa Singkil, 11 Juli 1991. Dia
memiliki orang tua yang begitu sibuk dengan dagang dan tani, dan dia
juga memiliki empat lelaki tangguh dan gagah yang selalu memperhatikan
dan memanjakannya. Tidak heran lagi kalau Rama sedikit tomboi dan kurang
suka dimanjakan. Gadis bungsu ini juga memiliki sifat ramah sehingga
banyak teman sejawatnya yang suka bergaul dengannya.
Rama sangat dekat dengan guru Biologi di
SMA nya. Dia selalu mendengarkan nasehat-nasehat guru tersebut. Pada
suatu hari guru tersebut bertanya pada Rama. “Apa tujuan hidup Rama di
dunia ini?”. Rama tidak langsung menjawab dia hanya terdiam dan
memandangi wajah sang guru. Tidak lama, guru tersebut bertanya lagi
“Rama apa kamu sudah siap bila malaikat Izrail mencabut nyawamu
sekarang? dosa-dosa apa saja yang telah Rama lakukan selama ini? Dunia
hanya sementara, dunia hanya tempat persinggahan, dan dunia adalah
ladang bagi manusia, serta dunia penuh cobaan. Rama hanyalah insan biasa
yang tak kenal aturan-aturan agama, dia hidup bagaikan air mengalir.
Hari-harinya selalu ceria seperti tak pernah merasakan penderitaan. Apa
yang dia pinta selalu dikabulkan oleh orangtua dan empat abangnya.
Masa remaja adalah masa yang penuh
misteri, Rama seorang manusia yang memiliki hati yang lembut namun tegas
kini bimbang antara memakai jilbab atau tidak. Rama tidak yakin kalau
menggunakan jilbab akan abadi, karena dia memiliki banyak teman
laki-laki dari pada perempuan dan dia tidak banyak memiliki rok dan
jilbab. Keadaan itu membuat dia bingung dan akhirnya dia memutuskan
untuk pergi kerumah gurunya.
Manusia hanya bisa berencana namun Allah
yang menentukan. Sesampainya di rumah guru, Rama langsung bertanya,
“Bu, apa aku pantas menggunakan jilbab?”. Pertanyaan yang singkat namun
penuh makna. Gurunya tersenyum dan bertanya kembali “Apa yang membuat
Rama tidak pantas menggunakan jilbab?” Rama terkejut karena bukan
jawaban yang dia terima malah pertanyaan yang dilontarkan. Dia menjawab
pertanyaan guru dengan suara yang kecil, sepertinya dia malu mengatakan
“Ibu tahukan, Rama orangnya seperti apa, Rama merasa tidak pantas
karena…”. Dia menghentikan kalimatnya.
Guru tersebut langsung beranjak menuju
kamar dan mengambil sebuah buku yang berjudul “Hijab dalam Alqur’an dan
Hadist”. Lalu diberikan dan disuruh baca sampai habis.
Rama pun pulang kerumah dengan kereta
King milik abangnya dan memakai celana pendek dan baju kaos, sekilas
kita lihat dari samping seperti laki-laki namun itulah Rama yang
memiliki dua jiwa. Malam itu minggu, tak seperi biasanya kali ini Rama
lebih memilih dirumah membaca buku yang diberikan gurunya dari pada
keluyuran dengan kawan sejawatnya. Awalnya Rama adalah orang yang paling
malas membaca apalagi membaca tentang agama namun suatu kelebihan Rama
bukanlah siswa yang bodoh dikelasnya, setiap semester dia mendapat
rangking dua dan saat semester dua di kelas dua dia pernah ikut
olimpiade Sain di tingkat Provinsi, sebelumnya Rama menang di Kabupaten.
Jam menunjukkan pukul
sepuluh malam, Rama masih larut membaca buku yang berisikan seputar
aurat perempuan, dalam buku tersebut mengatakan bahwa mengenai jilbab,
Allah SWT telah berfirman yang artinya :
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min, ’Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ (QS Al-Ahzab : 59).
Rama bingung dengan ayat tersebut, dia
melanjutkan membaca buku tersebut. Pakaian muslimah yang memenuhi
syariah sesuai Al-Qur’an dan Sunnah adalah sebagai berikut :
- Menutupi seluruh badan
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Katakanlah (ya Muhammad) kepada wanita-wanita yang beriman: hendaklah mereka menundukkan pandangan mata dan menjaga kemaluan mereka, dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa nampak darinya. Hendaklah mereka meletakkan dan menjulurkan kerudung di atas kerah baju mereka (dada-dada mereka)… (An-Nuur: 31)
- Tebal tidak tipis
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
“Akan ada nanti di kalangan akhir umatku para wanita yang berpakaian tapi hakikatnya mereka telanjang…
bersabda ; Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam
“…laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka itu terlaknat”. Kata Ibnu Abdil Baar: “Yang dimaksud Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam dalam sabdanya (di atas) adalah para wanita yang mengenakan pakaian dari bahan yang tipis yang menerawangkan bentuk badan dan tidak menutupinya maka wanita seperti ini istilahnya saja mereka berpakaian tapi hakikatnya mereka telanjang”. (HR. Ath Thabrani)
- Lebar tidak sempit
“Usamah bin Zaid berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam memakaikan aku pakaian Qibthiyah yang tebal
yang dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau maka aku memakaikan
pakaian itu kepada istriku. Suatu ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi
wassalam bertanya: “Mengapa engkau tidak memakai pakaian Qibthiyah itu?” Aku menjawab: “Aku berikan kepada istriku”. Beliau berkata : “Perintahkan
istrimu agar ia memakai kain penutup setelah memakai pakaian tersebut
karena aku khawatir pakaian itu akan menggambarkan bentuk tubuhnya”.
(Diriwayatkan oleh Adl Dliya Al Maqdisi, Ahmad dan Baihaqi dengan sanad
hasan, kata Syaikh Al-Albani t dalam Jilbab, hal. 131)
- Tidak diberi wangi-wangian
Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
“Wanita mana saja yang memakai
wangi-wangian lalu ia melewati sekelompok orang agar mereka mencium
wanginya maka wanita itu pezina.” (HR. An Nasai, Abu Daud dan lainnya, dengan isnad hasan kata Syaikh Al-Albani dalam Jilbab, hal. 137)
- Tidak menyerupai pakaian laki-laki
Abu Hurairah mengatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Jilbab, hal. 141)
- Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
“Siapa yang memakai pakaian untuk
ketenaran di dunia maka Allah akan memakaikannya pakaian kehinaan pada
hari kiamat kemudian dinyalakan api padanya”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dengan isnad hasan kata Syaikh Albani dalam Jilbab, hal. 213)
Sesungguhnya Allah menciptakan wanita
sebagai makhluk yang indah, hendaknya kita mensyukuri keindahan kita
dengan wujud menutupnya dengan pakaian takwa. Rama membacanya hingga
habis namun hanya dapat membaca tidak mampu untuk memahami. Malampun
kian larut selesai membaca Rama langsung tertidur lelap seakan-akan apa
yang dia baca berlalu begitu saja.
Matahari tak pernah lupa menyinari
dunia, pagi ini Rama berangkat cepat dan bertujuan untuk menjumpai
gurunya sebelum bel berbunyi tanda masuk ruangan. Sesampainya di sekolah
Rama langsung ke kantor dan menjumpai guru tersebut dan memberikan
buku. Namun Rama tak langsung kembali ke ruangan dia beranya pada guru
tersebut, “Bu, aku belum siap menggunakan jilbab”. dia menghentikan
pernyataannya.
Guru itu langsung mendekat dan
mengatakan “Hidup ini hanya sekali, kita hanya bisa berusaha, Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali seorang hamba itu yang
mengubahnya sendiri, bila Rama menunggu siap, kapan siapnya? Bila Rama
menunggu akhlak yang bagus mau sampai kapan? Syetan adalah musuh yang
nyata bagi manusia, jadi syetan tidak akan pernah berhenti membujuk
manusia hingga manusia itu mengikutinya. Naudzubillah, Rama bisa menutup
aurat secara perlahan-lahan. Allah tidak melihat hasil namun Allah
melihat usaha kita”.
Guru tersebut melanjutkan penjelasannya
“Bila kita sudah menutup aurat dan tingkah laku kita belum baik,
yakinlah Allah memberikan pahala menutup aurat dan dengan menutup aurat
kita akan menjaga sikap dan tingkah laku kita”. Guru itu berhenti dan
memandangi Rama
Rama hanya terdiam dan menganggukkan
kepala “Ya bu, Rama mengerti dan faham apa yang ibu jelaskan, apakah
Allah mengampuni dosa Rama bu?”.
Ibu itu tersenyum dan menjawab dengan
lancang “Rama, Allah itu maha pengampun, bila Rama taubat dan tidak
mengulangi kesalahan lagi dan berusaha selalu berbuat baik dan
beribadah, Allah akan mengampuni dosa Rama”.
“Ya bu, Rama akan mencobanya, terimakasih ya bu atas nasehatnya”. Lalu Rama pergi menuju ke ruangan.
Sesampai di ruangan dia hanya diam dan
merenungi hidupnya. Begitu banyak dosa-dosa yang selama ini dia perbuat.
Dia hanya berharap semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Rama mulai
menggunakan jilbab dan memakai rok, perjalanannya tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang ditempuh dan terkadang
juga dia membuka jilbab hingga dia menemukan hidayah itu saat memasuki
perguruan tinggi di Institut Agama Islam. Disana ia bertemu dengan
bidadari bersayap malaikat yang membawa dia ke dunia dakwah. Kuliah
di perguruan tinggi negeri memberikan kebahagiaan tersendiri. Bukan
hanya merupak impian dia sejak SMA, tetapi merupakan awal dimana rasa
percaya diri dan kenyamanan dalam memakai jilbab meningkat dengan pesat.
Salah satu yang sangat berpengaruh adalah banyaknya perempuan yang
memakai jilbab disana. Bahkan, banyak diantara mereka yang patut
dijadikan sebagai role model dengan kelebihan yang mereka miliki.
Keyakinannya untuk terus memakai hijab yang pada saat itu udah mencapai fase dimana udah engga bisa diganggu gugat ,ternyatabukan hanya menimbulkan efek baik baginya,
tetapi juga menciptakan tantangan tersendiri. Efek baik yang “sempat”
terasa adalah ketika di awal masa perkuliahan, dia memutuskan untuk
memakai jilbab hingga menutupi dada, seperti yang diajarkan Islam.
Saat pulang kampung keluarga dan
saudara-saudaranya terkejut melihat perubahan Rama. Mereka tidak yakin
dia bisa seperti itu karena dia tidak memilki latarbelakang pesantren.
Saat teman-temannya bertanya kenapa dia bisa berubah, dia menjawab
dengan singkat, “ini semua atas izin Allah, dan pakaian ini adalah
cerminan bahwa kita adalah Islam”. Teman hanya diam dan mereka mulai
menceritakan pengalaman selama berpisah dan berbagi informasi. sumber
Irama Br Sinaga, lahir di Samardua. 11 Juli 1991 (Aceh Singkil). Mempunyai hoby membaca dan traveling dan bermotto La takhof, Innaka Antal a’la
(jangan takut, sesungguhnya engkau yang paling unggul). Gadis alumni
SMA N 1 SINGKOHOR ini sekarang tinggal di Banda Aceh dan menempuh
pendidikan di Jurusan Komunikasi Islam.
0 comments:
Post a Comment